BLOGGER TEMPLATES AND Zwinky Layouts »

Minggu, 12 Juni 2016

Cannon : The History and Development



Hi semuanya, sori banget baru sempat update lagi setelah sekian lama karena gue juga lagi ada banyak kesibukan. Sambil bersihin sarang laba-laba, gue mau membuka lagi blog ini with the bang, heh heh... Kali ini gue bakal ngebahas soal meriam. Nah, berhubung bahasannya luas banget, kali ini bakal dipecah menjadi beberapa postingan. Pertama-tama, yuk kita lihat sejarah pengembangan meriam.




Ancient Period

Senjata api berkembang dengan cepat setelah penemuan bubuk mesiu. Memang pertama tama bubuk mesiu digunakan untuk kembang api dan propelan roket. Nah muncul ide buat ngejadiin bubuk mesiu sebagai material propelan untuk projektil dengan lebih cepat.

Huo Qiang, salah satu bentuk awal dari senjata api

 Sebelum muncul meriam, senapan, dan lainnya, pada era Dinasti Song ada benda yang disebut dengan "huo qiang" (lit: tombak api). Huo Qiang, terdiri atas tombak dengan tabung bambu kecil pada samping ujungnya. Tabung ini diisi dengan bubuk mesiu dan kadang kadang diisi juga dengan shrapnel, dan dapat ditembak. Huo qiang ini sebenarnya lebih seperti  aksesoris karena tombaknya yang lebih kepake. Akan tetapi muncul ide untuk membuat versi lain yang lebih besar.

Sekitar abad ke-13, Dinasti Song, Timur Tengah, dan beberapa  negara di benua Eropa berlomba-lomba mengembangkan meriam baik meriam artileri maupun meriam tangan (yang nantinya akan berevolusi menjadi musket). Pada jaman ini juga orang orang sudah mulai menggunakan logam (perunggu) untuk membuat badan meriam. Belum ada standar untuk diameter dan projektil untuk meriam, jadinya kalibernya bervariasi projektil pun umumnya dari potongan batu besar atau kumpulan kerikil tergantung penggunaan.

Gambar hundred years war (Kerajaan Inggris vs Perancis), salah satu dokumentasi awal penggunaan meriam

Pada jaman ini juga penggunaan bunker buster (kurang tau istilahnya dalam bahasa Indonesia apa) seperti trebuchet mulai tergantikan. Penggunaan ballista sebagai mesin pertahanan pun juga mulai tergantikan. Sebenarnya sih meriam jaman dulu  itu lebih ribet (belum termasuk mesiu dan sumber api) buat dioperasikan jadinya belum mengganti mesin tadi dengan utuh. Tapi meriam ini lebih mengintimidasi musuh baik dengan suaranya yang menggelegar ataupun dengan efek kerusakannya.

Further Development and Napoleonic Era

Pada jaman ini meriam semakin berkembang pesat.  Pada jaman ini, sudah ada klasifikasi mengenai ukuran meriam. Buat yang main game strategi terutama pada era perang Napoleon, ada banyak tipe meriam tapi entar akan diceritakan di lain kesempatan. Bahan badan meriam pun sudah terbuat dari material logam yang lebih kuat untuk menahan energi ledakan mesiu sehingga lebih tahan lama. Projektil pun juga sudah memiliki standar. Standar dalam projektil pun bukan dalam diameter seperti peluru pada rifle, melainkan dari beratnya seperti "8-pounder" umumnya masih dalam satuan imperial (pound, feet, inch, etc.). Sebenarnya ada lagi sih tipe amunisi yang bernama "grapeshot" tapi itu akan dibahas di lain kesempatan.

Bubuk mesiu yang digunakan juga mengalami modifikasi. Penggunaan bubuk mesiu yang lebih halus FYI, biarpun namanya "bubuk mesiu" sebenarnya lebih seperti granule dan kasar. Penggunaan bubuk mesiu yang lebih halus membuat proses pembakaran lebih cepat (anggap aja macam menumis bawang yang diiris sama yang dicincang halus sih) dan energi ledakan lebih besar. Intermezzo dikit, untuk tingkat kehalusan bubuk mesiu itu ada dalam 'grain', mungkin juga akan dibahas di lain kesempatan.

Carronade, salah satu jenis meriam. Umumnya dipakai di dalam kapal

Penggunaan meriam pun lebih luas. Pada abad ke-16,  meriam juga digunakan pada kapal perang dan menjadi artileri lapangan sebagai support untuk para prajurit. Pengembangan meriam pada era ini tidak cuma sebatas pada meriamnya itu sendiri. Meriam saat itu juga sudah lebih mobile karena praktik untuk menarik meriam dengan kereta sudah menjadi praktik standar. Meskipun lebih mobile tapi karena dasarnya udah berat ya tetap aja lambat, kira-kira secepat langkah kaki manusia. Gunner's quadrant juga digunakan untuk membantu penembak mengatur sudut elevasi meriam dengan mantap.

Ilustrasi penggunaan gunner's quadrant


 Further Development 

Meriam dan artileri mengalami perkembangan pesat memasuki abad ke-19. Pada era ini, sudah mulai dikembangkan juga self-contained cartiridge yang menjadi model amunisi modern. Ada beberapa pengembangan yang menarik untuk dilihat dalam periode ini.

Ulir rifle pada meriam Parrott Gun

Pada masa perang saudara Amerika, ada yang memberikan sentuhan ulir rifle pada meriam. Parrott rifle (ya, bukan cannon atau gun, melainkan rifle) adalah meriam dengan ulir rifle pada bagian dalam barrelnya (kalau mau lihat lebih dalam tentang rifle bisa dilihat di sini). Efek positifnya dari barrel dengan rifle ini adalah pelurunya bisa terbang lebih jauh dan lebih akurat. Salah satu kelemahannya adalah pengisiannya cenderung lebih lama karena peluru harus ngepas dengan diameter barrel.

Inovasi lain yang juga mulai dikembangkan adalah konsep "breech-loading weapon". Dibandingkan dengan konsep senjata ala musket, tipe "breech loading" tidak diisi dari ujung barrel melainkan dari pangkalnya

Diagram desain 'breech-lock' pada Armstrong Gun, salah satu meriam pertama dengan konsep breech loading

Inovasi ini sangat membantu buat para kru meriam. Selain karena proses pengisian lebih praktis, mereka juga tidak perlu terekspos diri mereka di depan musuh saat proses pengisian berlangsung. Armstrong gun adalah salah satu meriam artileri dengan konsep "breech-loading". Tantangan yang dihadapi oleh desainer saat itu adalah membuat bagian breech aman dan juga kuat untuk menahan ledakan mesiu.

Modern Days

Pada jaman perang dunia 1 dan perang dunia 2, perkembangan teknologi juga semakin pesat. Termasuk untuk meriam sendiri. Tipe meriam sendiri sudah lebih terspesialisasi sejak perang dunia 1 dengan berbagai macam variasi. Karena jangkauan tembak senjata api, umumnya artileri pada perang dunia 1 akan melakukan "indirect fire". Indirect fire adalah mode tembakan yang tidak langsung diarahkan ke target.

Howitzer pada perang dunia 1



Smokeless powder sudah sebelum jaman ini. FYI, biarpun namanya smokeless powder, pada artileri tetap aja asapnya banyak. Sebenarnya gak salah sih mengingat namanya smokeless bukan smokefree hehehe. Anyway, penggunaan propelan ini juga menambah kecepatan projektil dan karena bahannya yang tidak sekorosif bubuk mesiu jadul, barrel meriam pun lebih tahan lama.

Gambar peraga recoil control (credits to: nigelef.tripod.com)


Inovasi yang satu ini sebenarnya sebelumnya dikembangkan pada abad ke-19. Recoil control juga menjadi komponen penting pada meriam modern. Letak recoil control ini ada di bagian tabung pada atas atau bawah barrel. Materialnya bervariasi, mulai dari pegas hingga menggunakan sistem hidrolik buffer. Recoil control membuat kru meriam artileri tidak perlu mendorong kembali meriam akibat energi reaksi tembakan. Selain itu, posisi barrel juga menjadi lebih stabil walaupun habis melakukan tembakan.

PAK-40 Meriam anti tank Jermanpada perang dunia 2

Perang dunia 2 mengubah lagi taktik perang konvensional dengan kehadiran tank dan kendaraan lapis baja lainnya. Selain menerapkan kembali direct fire untuk melawan tank tentunya, banyak tipe amunisi yang dikembangkan baik untuk menembus armor tank ataupun untuk menyerang kru yang ada di dalam.

Auto Cannon

Bagian yang ini sengaja gue pisah dari keseluruhan artikel karena biarpun namanya ada tulisan "cannon".  Mungkin diantara kalian pada mikir bentuknya bakal seperti machine gun cuma barrelnya gede seperti meriam. Okay, auto cannon itu sebenernya machine gun dengan kaliber yang lebih besar, umumnya 20mm keatas. Perbedaannya ga cuma disitu aja. Amunisi yang digunakna juga ga cuma peluru biasa. Peluru yang digunakan biasanya bertipe armor-piercing ataupun incendiary (membakar).

QF 1 Pounder, salah satu desain auto cannon pada abad ke-20



Auto cannon pertama kali dikembangkan di inggris pada tahun 1880an dengan nama QF 1 Pounder berupa skala lebih besar dari machine gun Maxim (bisa dilihat di sini). Tujuan awal dikembangkannya auto cannon ini adalah sebagai senjata anti udara terutama untuk menghadapi zepellin yang lambat. Auto cannon mulai digunakan secara luas pada perang dunia 1 dengan fungsi yang beragam; mulai dari senjata anti udara, hingga senjata anti infanteri dadakan.

Junkers JU-87-G, tadinya merupakan pesawat 'dive bomber' yang dimodifikasi menjadi pesawat anti tank


Pada perang dunia 2, auto cannon ini juga digunakan dan diperlakukan sebagai  machine gun kaliber besar. Auto cannon juga mendapat peran baru sebagai armamen pesawat tempur (fighter). Penggunaan auto cannon pada pesawat tempur karena pada jaman perang dunia 2, pesawat tempur lebih cepat dan lincah sehingga membutuhkan kecepatan peluru yang lebih besar. Auto cannon juga membuat pesawat tempur dapat menembak tank. Seperti Junkers Ju 87 Type G, bomber Jerman yang dimodifikasi menjadi pesawat anti tank.


Hope You Guys Enjoyed The Article!
Cheers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar