BLOGGER TEMPLATES AND Zwinky Layouts »

Rabu, 16 Juli 2014

Bullets : The History




Jika biasanya pada postingan-postingan saya menulis mengenai senjata dan pengembangannya, kali ini saya akan menulis tentang apa yang membuat sebuah senjata menjadi alat yang mematikan. Yes, saya akan menulis mengenai peluru. Sebuah senjata tidak akan lengkap tanpa peluru karena tanpa peluru sebuah senjata menjadi tidak berguna. Pada tulisan ini, saya akan bercerita mengenai sejarah dan pengembangan peluru sampai menjadi peluru yang kita kenal pada masa kini . Enjoy!


Sebelum saya bercerita lebih jauh, alangkah baiknya saya menjelaskan beberapa komponen dalam peluru:
-Projektil: adalah material pada peluru yang diluncurkan dan menembus target.
-Propelan: adalah material yang digunakan meluncurkan peluru.
-Primer: adalah material yang digunakan untuk menyulut propelan.
-Cartridge: adalah material pembungkus projektil, propelan, dan primer.

Chapter 1: Lead Ball


Peluru sudah dipikirkan ketika manusia sudah mengenal senjata api dan mengenal meriam. Peluru paling pertama terbuat dari batu atau objek keras lainnya. Komponen peluru juga masih terpisah antara satu material dengan material lainnya. Primer pun masih terbuat dari bubuk mesiu yang diletakkan sebagian pada lubang kontak untuk disulut dengan api. Peluru timah baru ditemukan pada abad ke-16 hingga abad ke 19. Kelebihan peluru timah dibandingkan “peluru” batu karena memiliki ukuran standar dan dapat diproduksi cepat dan masal. Kekurangan dari peluru ini adalah tidak memiliki jarak tembak yang jauh karena peluru tidak mencengkram permukaan dalam laras musket dengan sempurna, apabila peluru bola timah ditembakkan dengan rifle (memiliki ulir spiral pada bagian dalam laras sehingga lebih akurat dan lebih jauh daripada musket) diameter laras harus “ngepas” dengan diameter peluru agar bisa mencengkram bagian dalam laras senjata dengan baik. Sayangnya hal ini membuat proses pengisian semakin sulit dan lama.
Alat pencetak peluru musket


Chapter 2:Conical Ball and Percussion Cap



Peluru mulai berbentuk lancip pada tahun 1847. Banyak desain yang muncul pada masa itu. Salah satu yang terkenal adalah Minie(baca:mini) Ball. Didesain oleh Claude-Etienne Minie, peluru ini memiliki rongga pada bagian bawah dan memiliki diameter lebih kecil dibandingkan peluru bola timah biasa sehingga proses pengisian peluru menjadi lebih mudah dan cepat. Rongga ini akan memuai karena panas dan mencengkram ulir rifle meskipun diameter peluru tidak “ngepas” dengan diameter laras.

Percussion Cap

Primer pertama dikenal dengan model Percussion Cap. Percussion Cap terbuat dari peledak yang sensitif terhadap pukulan seperti Mercury (II) Fulminate. dan ditutup dengan kuningan sehingga kedap air. Cap ini akan dipukul dengan pelatuk dan energi ledakannya akan menyulut mesiu yang ada di dalam senapan / musket sehingga terjadi tembakan. Percussion Cap membuat senapan dapat digunakan saat hujan ataupun lembab karena mesiu pada primer tidak dapat tersult jika dalam kondisi basah.
Beginilah cara kerja percussion cap


Chapter 3: Cartridges


Seperti pada chapter sebelumnya bahwa material yang diperlukan untuk menciptakan sebuah tembakan (peluru, mesiu, dan ditambah dengan percussion cap) dan tentunya akan menyusahkan jika material tersebut dibawa secara terpisah. Cartridge pertama terbuat dari kertas yang sudah dilapisi dengan lilin sehingga kedap air. Awalnya, cartridge digunakan sebagai paket yang perlu dibuka isinya terlebih dahulu. Cartridge kertas yang bisa langsung ditembak ditemukan pada awal abad ke-19 dengan melapisi kertas dengan bahan yang lebih mudah terbakar seperti lemak. Penggunaan logam sebagai casing cartridge pada tahun 1845 oleh Louis-Nicolas Flobert. Logam yang digunakan sebagai casing terbuat dari kuningan karena tahan karat dan mudah diproduksi masal dibandingkan dengan casing kertas.

Cartridge Senapan Dreyse, Cartiridge peluru yang bisa langsung ditembak
Marlin Cartridge, seperti yang anda lihat casingnya terbuat dari logam :)

Chapter 4: Smokeless Powder

Okay, bentuk peluru sudah mirip dengan peluru modern

Sekarang, mari kita bandingkan ini (credit to: Guy and Leonard AR West)



dengan yang ini (credit to JollyGreenSlug)

Pada video kedua, asap yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan video pertama. Hal ini bisa terjadi karena propelan “Ballistite” atau yang kita kenal dengan Smokeless Powder. Smokeless Powder, ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1846 terbuat dari “guncotton” yang berbahan dasar nitrocellulose. Kelebihan propelan ini dibandingkan dengan bubuk mesiu, selain tdak menghasilkan asap yang banyak, juga menghasilkan energi yang lebih besar sehingga kecepatan projektil dan jarak tembak menjadi lebih besar.

Chapter 5: Full Metal Jacket

p.s Chapter ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan film "Full Metal Jacket" karya Stanley Kubrick

Pada chapter sebelumnya kita telah membahas tentang Ballistite/Smokeless Powder. Propelan ini membuat projektil lebih cepat. Masalah baru kembali muncul. Karena kecepatan peluru bertambah, bagian laras akan menjadi kotor karena serpihan timah (gaya gesek akan menghasilkan panas, dan logam juga tentunya memiliki titik leleh) yang dapat mengurangi umur senjata api. Full Metal Jacket (FMJ) ditemukan oleh Letkol. Eduard Rubin dengan cara melapisi bagian depan proyektil peluru dengan tembaga karena tembaga lebih sulit meleleh daripada timah. Kelebihan FMJ adalah bagian laras tidak cepat kotor dan umur senapan pun akan lebih lama serta memiliki daya penetrasi yang lebih mantap.

Peluru 7.62 Kurz, bagian kemerahan pada proyektil adalah lapisan tembaga Full Metal Jacket

Hope You Guys Enjoyed The Article

Cheers!

1 komentar:

  1. Kenapa sebuah primer saat terkena tekanan bisa menjadi pemicu gan..mohon penjelasannya gan

    BalasHapus