BLOGGER TEMPLATES AND Zwinky Layouts »

Senin, 03 Februari 2014

Blitzkrieg: The German Lightning Strike


Manuver serangan ini menjadi gebrakan baru dalam pertempuran. Ide ini awalnya lahir dari sebuah evaluasi Jerman setelah kalah pada perang dunia 1. Metode ini efektif dan sukses besar pada periode awal perang dunia 2. Artikel ini akan membahas mengenai pengembangan "blitzkrieg" dan dampaknya pada perang modern. Enjoy!

Pengembangan
Setelah kalah pada perang dunia 1, Jerman dipersulit karena terpaksa menandatangani perjanjian Versailles yang membuat Jerman jatuh baik dalam ekonomi maupun militer. Jerman hanya diperbolehkan memiliki 100,000 pasukan saat itu dan tentunya dengan jumlah itu sulit mempertahankan negara jika terjadi serangan.Jerman perlu menyusun suatu strategi baru untuk beradaptasi dengan jumlah tentara yang sangat sedikit, terlebih mereka dikenal dengan serangannya yang mengandalkan serbuan dalam skala besar pada pertempuran sebelumnya. Para petinggi militer Jerman berpendapat bahwa medan tempur modern tidak akan statis seperti pada perang dunia 1. Mereka berpendapat bahwa prajurit akan berpindah dari satu titik ke titik lain dengan cepat dan jarak baku tembak akan menjadi sangat dekat (max.100m). Adapun penambahan elemen "teror" dan "kejutan" menjadi faktor penentu keberhasilan mereka. Pengembangan tank dan pesawat tempur pun menjadi elemen baru pada perang mendatang. Doktrin dasar dalam pelaksanaannya adalah: serang, tembus pertahanan, dan kepung pasukan musuh.
Skema dasar serangan blitzkrieg

Detail
Kata "Blitzkrieg" itu sendiri diciptakan oleh sekutu untuk mendeskripsikan serangan Jerman yang mampu mengejutkan pasukan sekutu. Jerman mengadaptasi dan memodifikasi apa yang dicetuskan oleh perwira Hans von Seeckt dengan serbuan yang disebut Bewegungskrieg (serbuan bermanuver) dan taktik tempur yang dikenal dengan Auftragstaktik (mission tactic, komando pada medan tempur memberikan keputusan pada pasukkannya untuk memperoleh tujuan tertentu). Pada menjelang perang dunia 2, Jerman melakukan apa yang sekarang kita kenal dengan "Combined Arms" dimana prajurit, kendaraan tempur, dan angkatan udara berkolaborasi dalam medan tempur dan saling melengkapi. Elemen "kejut" dan "teror" menjadi senjata mereka untuk menyerang lawan. Penggunaan panzer menjadi lini depan yang didukung oleh pasukan infanteri. Serangan udara dilakukan untuk "melunakkan"kota musuh sebelum diserang dari darat.
Sturmtruppen (pasukan serbu) saat invasi Polandia

Elemen Blitzkrieg
Untuk menciptakan teror, Jerman menjadikan panzer sebagai barisan depan mereka. Perlu dicatat pada perang dunia 1, tank sukses menjadi senjata psikologis yang aktif. Pada awal-awal perang dunia 2, panzer Jerman (mk3 dan mk4) memiliki kecepatan dan armor yang baik dan sukses menjadi momok bagi pasukan musuh. Pasukan infanteri juga dilengkapi dengan senjata yang ringan dan ringkas sehingga mempermudah mereka untuk bergerak dan bermanuver. Serangan udara juga menjadi inovasi baru pada blitzkrieg. Selain pesawat pengebom, Jerman juga memiliki pesawat Junkers Ju 87 "Stuka" (Stuzkampfflugzeug, lit. dive bomber) yang menukik tajam sebelum mengebom schwerpunkt (titik vital) musuh. Stuka juga dilengkapi sirene yang diberi nama "Jericho Trompete" untuk membuat panik musuh (penggunaan sirine ini berakhir setelah sekutu terbiasa dengan teror sirine stuka).
Ju87 "Stuka" pesawat teror Jerman saat blitzkrieg

Pros and Cons
Sebagai taktik yang baru dilakukan pada masanya,  Blitzkrieg terbukti sukses pada awal-awal perang dunia 2. Banyak yang tidak mampu bereaksi dengan baik dan akhirnya mampu membuat pertahanan "konvesional" tidak efektif dan terkepung. Penggunaan tank dan angkatan udara membuat penggunaan infantri dalam skala besar bisa diminimalisir sehingga tidak memerlukan sumber daya manusia yang besar. Akan tetapi, taktik ini bukan tanpa kelemahan. Blitzkrieg hanya efektif pada pertempuran dengan area yang kecil (Polandia, Perancis, etc) dan efektivitas akan hilang pada area yang luas karena pasukan tidak akan terkonsentrasi. Selain itu, pada beberapa pertempuran seringkali pasukan harus beranjak dari suatu titik strategis ke titik lainnya dan menyebabkan wilayah yang selesai diserang sulit dipertahankan karena penjagaan sangat minim.
Panzer 4 sebagai ujung tombak blitzkrieg pada awal perang dunia 2

Walaupun gaung taktik ini sudah jarang terdengar lagi, namun taktik dan strategi pertempuran pada jaman sekarang dipelopori dan dipopulerkan oleh komandan dan perwira Jerman pada era Nazi.

Hope you guys enjoy the article!
Cheers!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar