Jika biasanya
pada postingan-postingan saya menulis mengenai senjata dan
pengembangannya, kali ini saya akan menulis tentang apa yang membuat
sebuah senjata menjadi alat yang mematikan. Yes, saya akan
menulis mengenai peluru. Sebuah senjata tidak akan lengkap tanpa
peluru karena tanpa peluru sebuah senjata menjadi tidak berguna. Pada
tulisan ini, saya akan bercerita mengenai sejarah dan pengembangan
peluru sampai menjadi peluru yang kita kenal pada masa kini . Enjoy!
Sebelum
saya bercerita lebih jauh, alangkah baiknya saya menjelaskan beberapa
komponen dalam peluru:
-Projektil:
adalah material pada peluru yang diluncurkan dan menembus target.
-Propelan:
adalah material yang digunakan meluncurkan peluru.
-Primer:
adalah material yang digunakan untuk menyulut propelan.
-Cartridge:
adalah material pembungkus projektil, propelan, dan primer.
Chapter
1: Lead Ball
Peluru
sudah dipikirkan ketika manusia sudah mengenal senjata api dan
mengenal meriam. Peluru paling pertama terbuat dari batu atau objek
keras lainnya. Komponen peluru juga masih terpisah antara satu
material dengan material lainnya. Primer pun masih terbuat dari bubuk
mesiu yang diletakkan sebagian pada lubang kontak untuk disulut
dengan api. Peluru timah baru ditemukan pada abad ke-16 hingga abad
ke 19. Kelebihan peluru timah dibandingkan “peluru” batu karena
memiliki ukuran standar dan dapat diproduksi cepat dan masal.
Kekurangan dari peluru ini adalah tidak memiliki jarak tembak yang
jauh karena peluru tidak mencengkram permukaan dalam laras musket
dengan sempurna, apabila peluru bola timah ditembakkan dengan rifle
(memiliki ulir spiral pada bagian dalam laras sehingga lebih akurat
dan lebih jauh daripada musket) diameter laras harus “ngepas”
dengan diameter peluru agar bisa mencengkram bagian dalam laras
senjata dengan baik. Sayangnya hal ini membuat proses pengisian
semakin sulit dan lama.
Alat pencetak peluru musket |
Chapter
2:Conical Ball and Percussion Cap
Peluru mulai berbentuk lancip pada tahun 1847. Banyak desain yang
muncul pada masa itu. Salah satu yang terkenal adalah
Minie(baca:mini) Ball. Didesain oleh Claude-Etienne Minie, peluru ini
memiliki rongga pada bagian bawah dan memiliki diameter lebih kecil
dibandingkan peluru bola timah biasa sehingga proses pengisian peluru
menjadi lebih mudah dan cepat. Rongga ini akan memuai karena panas
dan mencengkram ulir rifle meskipun diameter peluru tidak “ngepas”
dengan diameter laras.
Percussion Cap |
Primer pertama dikenal dengan model Percussion Cap. Percussion Cap
terbuat dari peledak yang sensitif terhadap pukulan seperti Mercury
(II) Fulminate. dan ditutup dengan kuningan sehingga kedap air. Cap
ini akan dipukul dengan pelatuk dan energi ledakannya akan menyulut
mesiu yang ada di dalam senapan / musket sehingga terjadi tembakan.
Percussion Cap membuat senapan dapat digunakan saat hujan ataupun
lembab karena mesiu pada primer tidak dapat tersult jika dalam
kondisi basah.
Beginilah cara kerja percussion cap |
Chapter
3: Cartridges
Seperti
pada chapter sebelumnya bahwa material yang diperlukan untuk
menciptakan sebuah tembakan (peluru, mesiu, dan ditambah dengan
percussion cap) dan tentunya akan menyusahkan jika material tersebut
dibawa secara terpisah. Cartridge pertama terbuat dari kertas yang
sudah dilapisi dengan lilin sehingga kedap air. Awalnya, cartridge
digunakan sebagai paket yang perlu dibuka isinya terlebih dahulu.
Cartridge kertas yang bisa langsung ditembak ditemukan pada awal abad
ke-19 dengan melapisi kertas dengan bahan yang lebih mudah terbakar
seperti lemak. Penggunaan logam sebagai casing cartridge pada tahun
1845 oleh Louis-Nicolas Flobert. Logam yang digunakan sebagai casing
terbuat dari kuningan karena tahan karat dan mudah diproduksi masal
dibandingkan dengan casing kertas.
Cartridge Senapan Dreyse, Cartiridge peluru yang bisa langsung ditembak |
Marlin Cartridge, seperti yang anda lihat casingnya terbuat dari logam :) |
Chapter
4: Smokeless Powder
Okay, bentuk peluru sudah mirip dengan peluru modern
Pada
video kedua, asap yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan
video pertama. Hal ini bisa terjadi karena propelan “Ballistite”
atau yang kita kenal dengan Smokeless Powder. Smokeless
Powder, ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1846
terbuat dari “guncotton” yang berbahan dasar nitrocellulose.
Kelebihan propelan ini dibandingkan dengan bubuk mesiu, selain tdak
menghasilkan asap yang banyak, juga
menghasilkan energi yang
lebih besar sehingga
kecepatan projektil dan jarak tembak menjadi lebih besar.
p.s Chapter ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan film "Full Metal Jacket" karya
Stanley Kubrick
Pada chapter sebelumnya kita telah membahas tentang
Ballistite/Smokeless Powder. Propelan ini membuat projektil lebih
cepat. Masalah baru kembali muncul. Karena kecepatan peluru
bertambah, bagian laras akan menjadi kotor karena serpihan timah
(gaya gesek akan menghasilkan panas, dan logam juga tentunya memiliki
titik leleh) yang dapat mengurangi umur senjata api. Full Metal
Jacket (FMJ) ditemukan oleh Letkol. Eduard Rubin dengan cara melapisi
bagian depan proyektil peluru dengan tembaga karena tembaga lebih
sulit meleleh daripada timah. Kelebihan FMJ adalah bagian laras tidak
cepat kotor dan umur senapan pun akan lebih lama serta memiliki daya
penetrasi yang lebih mantap.
Peluru 7.62 Kurz, bagian kemerahan pada proyektil adalah lapisan tembaga Full Metal Jacket |
Hope You Guys Enjoyed The Article
Cheers!
Kenapa sebuah primer saat terkena tekanan bisa menjadi pemicu gan..mohon penjelasannya gan
BalasHapus